Entitas Trinitas
Kejadian 1:1-6
Pengantar
Setelah merayakan Pentakosta pada hari Minggu kemarin, secara kalender gerejawi kini kita menyongsong datangnya Minggu Trinitas. Dan Kejadian 1:1-6 akan menjadi bahan perenungan kita hari ini. Melalui nas ini, kita akan mencermati beberapa hal yang akan memperkaya pengenalan kita akan Tuhan.
Pemahaman
Ayat 1 : Siapakah Pribadi yang pertama kali diperkenalkan Alkitab kepada manusia? Apakah pengaruhnya dalam kehidupan kita sebagai seorang Kristen?
Ayat 2-6 : Pernahkah Saudara berada dalam ruangan yang gelap dan kacau? Apa yang akan Saudara lakukan pertama kali?
Alkitab dibuka dengan sebuah pernyataan, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej. 1:1). Ini bukan sekadar kalimat pembuka, melainkan sebuah pernyataan iman yang diungkapkan Alkitab. Dalam pernyataan iman ini dikemukakan satu pribadi, yaitu Allah. Alkitab secara keseluruhan – bukan hanya kitab Kejadian – bertolak dari sebuah pengakuan iman bahwa awal mula segala sesuatu adalah Allah. Tidak ada pribadi yang lain, tidak ada pihak yang lain. Tidak pernah ada kekosongan secara ruang dan waktu, di mana Allah tidak ada. Allah adalah permulaan segala sesuatu, termasuk ruang dan waktu. Oleh sebab itu maka Dia adalah Pemilik kehidupan ini. Segala tindakan, baik yang merusak maupun membangun, kehidupan ini sesungguhnya berurusan dengan Sang Pemilik itu.
Kebenaran ini dipertegas dengan penjabaran dalam ayat-ayat selanjutnya. Dalam ayat 2 dijelaskan bahwa bumi belum berbentuk dan kosong. Istilah bahasa Ibrani yang digunakan di sini dapat dimengerti sebagai bumi dalam keadaan kacau balau. Bukan hanya kacau balau, tetapi juga dilingkupi kegelapan. Kalau kita sedang berada di dalam sebuah ruangan yang kacau balau, di mana ada begitu banyak barang berserakan di dalamnya, maka kita akan mengalami kesulitan untuk bergerak atau melangkah. Kesulitan itu akan semakin parah bila keadaannya gelap gulita, tanpa ada seberkas cahaya sedikitpun. Saya kira dalam keadaan yang demikian bukan hanya ruangan itu saja yang dalam keadaan kacau balau, tetapi perasaan kita yang ada di dalamnya secara perlahan tapi pasti juga akan mulai kacau dan semakin kacau. Kita tidak dapat berbuat apa-apa dalam keadaan yang demikian. Namun tidak dengan Allah. Dalam kekacauan itu, Allah masih tetap sanggup berkarya.
Refleksi
Kadang kita merasa masa depan gelap, banyak rencana kita yang kacau, berantakan. Kita merasa tidak sanggup berbuat apa-apa. Tetapi Allah tetap sanggup berkarya di dalamnya.
Tekad
Doa: Ya Allah, tolonglah saya untuk terus menyerahkan hidup saya ke dalam genggaman tangan-Mu yang sanggup berkarya dalam kekacauan. Amin.
Tindakan
Saya akan menyanyikan KJ 364, “Aku Berserah” agar senantiasa diingatkan untuk mengandalkan Tuhan.