Keluaran 17:1-7 (lanjutan)
“MEMIMPIN: PROSES BELAJAR TANPA HENTI”
PENGANTAR
Melanjutkan pembahasan kita kemarin yang lebih mengamati sikap bangsa Israel, hari ini secara khusus kita akan memperhatikan sikap Musa sebagai pemimpin mereka. Kita akan membandingkan sikap orang-orang Israel dengan sikap Musa ditengah-tengah masalah yang sama yang sedang mereka hadapi.
PEMAHAMAN
- Ayat 1-3: Perhatikan situasinya: siapa yang memulai pertengkaran? Siapa yang menghentikannya?
- Ayat 4: Apa yang Musa minta dari Tuhan? Mengapa Musa tidak langsung meminta air dari Tuhan?
- Ayat 5-6: Bagaimana cara Tuhan memberikan air kepada mereka? Mengapa para tua-tua Israel disuruh ikut untuk menyaksikan peristiwa tersebut?
- Dari beberapa poin pertanyaan diatas, apa saja yang dapat kita pelajari mengenai kepemimpinan?
Melalui sikap Musa dalam menghadapi peristiwa ini, kita yang menjalankan fungsi kepemimpinan dalam pekerjaan, pelayanan, dan juga di keluarga bisa belajar banyak hal bagaimana memainkan peran kita dengan baik.
Pertama, seorang pemimpin yang baik tidak memulai pertengkaran, dan andai pertengkaran terjadi, meskipun bukan dia yang memulai, seorang pemimpin harus secepat mungkin menghentikannya. Kedua, Musa lebih memilih untuk membawa pergumulannya kepada Tuhan daripada bertengkar dengan orang-orang yang dipimpinnya. Penghayatan tugas sebagai pemimpin rohani yang mendapat mandat dari Tuhan membuat Musa memilih sikap yang tepat dengan datang kepada Tuhan.
Ketiga, Musa tidak meminta Tuhan menyelesaikan dengan cara yang paling mudah. Musa tidak minta Tuhan langsung memberi air. Musa hanya minta Tuhan membimbingnya agar ia tahu apa yang harus dilakukannya. Musa tidak meminta Tuhan mengambil alih tanggung jawabnya. Musa hanya minta Tuhan menolongnya agar dapat melakukan tanggung jawabnya dengan baik. Dan kesempatan ini dipakai Tuhan untuk mengikutsertakan para tua-tua Israel supaya mereka juga belajar sesuatu dari peristiwa ini. Mereka semua, dan tentunya kita juga perlu belajar bahwa Tuhan adalah pemimpin yang sesungguhnya, yang selalu ada di tengah-tengah umat yang dipimpinNya.
REFLEKSI
Dalam menjalankan peranan Anda sebagai pemimpin dalam konteks apapun juga, marilah bercermin dari beberapa poin yang kita pelajari dari Musa saat menghadapi krisis. Adakah kita menjadi pemimpin yang meneduhkan di tengah situasi yang panas ataukah justru lebih memicu pertengkaran? Adakah kita mengandalkan Tuhan dalam memimpin orang-orang yang dipercayakanNya kepada kita?
TEKADKU
Bapa Surgawi, ampunilah jika hambaMu ini terkadang kurang berhikmat dalam memimpin. Banyak dikuasai ego, tidak bertahan dalam kesulitan hanya karena menginginkan semua yang mudah dan cepat. Bahkan tidak jarang kami tidak banyak berkonsultasi denganMu yang adalah Pemimpin sesungguhnya atas diriku dan orang-orang yang kupimpin. Mampukan hambaMu ini menjadi pemimpin yang meneladani Engkau. Amin.
TINDAKANKU
Mau terus belajar dari kegagalan, kesalahan, keberhasilan, baik diri sendiri maupun orang lain untuk menjadi pemimpin yang lebih baik.