Tunggangan Kemuliaan Allah
Matius 21:1-6
Pengantar
Besok kita akan merayakan Minggu Palm, atau Minggu Palma, atau Palmarum. Suatu perayaan untuk mengenang saat Kristus masuk ke kota Yerusalem pada akhir hidup-Nya. Oleh sebab itu, bahan perenungan kita hari ini dan besok diambil dari Matius 21:1-11. Namun, hari ini kita akan merenungkan ayat 1 sampai 6 terlebih dahulu.
Pemahaman
Ayat 1-5: Mengapa Kristus memilih menunggang keledai? Bukankah keledai adalah binatang yang bodoh?
Ada sedikit polemik tentang peristiwa Kristus menunggang keledai sewaktu masuk kota Yerusalem. Sebab, konon keledai adalah binatang yang bodoh, sehingga ada yang berpendapat tidak pantas Kristus menunggang seekor keledai. Tapi ada pula yang berpendapat bahwa justru hal itu menunjukkan kerendah-hatian Kristus.
Benarkah keledai adalah binatang yang bodoh? Seorang pakar keledai bernama Ben Hart, dari Donkey Sanctuary, yang menjawab pertanyaan tersebut dengan tulisannya yang berjudul “Stubborn donkey or smart ass?” Dalam tulisannya itu dijelaskan bahwa sebenarnya pernyataan bahwa keledai merupakan binatang yang bodoh timbul karena orang membandingkan keledai dengan kuda. Padahal seharusnya kedua binatang itu dilihat sebagai spesies yang berbeda dan tidak dapat dibandingkan. Selain itu, pemikiran orang-orang sudah terpaku pada literasi dua orang penulis zaman Yunani Kuno, Homer dan Aesop, yang menuliskan keledai adalah hewan bodoh dan keras kepala.
Akan tetapi, kalau Kristus memilih menunggang keledai pada waktu memasuki kota Yerusalem di akhir hayat-Nya, tidaklah terkait dengan benar tidaknya bahwa keledai adalah binatang bodoh, melainkan untuk menggenapi nubuat yang disampaikan nabi Zakaria (ay. 4-5). Penggenapan itu penting karena menegaskan Kristus masuk ke Yerusalem sebagai raja. “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.” (Za 9:9).
Refleksi
Berbeda dengan kuda yang melambangkan kekuatan dan kuasa, keledai merupakan simbol perdamaian juga kesederhanaan, kelemahlembutan, dan kerendah-hatian. Hal ini untuk menegaskan bahwa Kristus datang dalam segala yang disimbolkan oleh keledai itu. Sudahkah kita menyatakan perdamaian, kesederhanaan, kelemahlembutan dan kerendah-hatian?
Tekad
Doa: Ya Tuhan, tolonglah saya agar memiliki sifat-sifat yang mampu memancarkan sifat-sifat-Mu. Amin.
Tindakan
Saya akan mengasah karakter saya agar dapat menjadi “tunggangan” kemuliaan Allah.