KEMULIAAN ALLAH (1)
Mazmur 29:1-11
Pengantar
Seringkali kita hanya menyinggung kemuliaan Allah pada waktu menyanyikan lagu-lagu gerejawi di dalam suatu ibadah. Padahal kemuliaan Allah perlu direspons dengan sikap yang tepat. Melalui Mazmur 29 ini, kita akan merenungkan tentang kemuliaan Allah dengan lebih menyeluruh.
- Kepada siapakah Mazmur 29 ini ditujukan?
- Apakah yang diserukan Pemazmur melalui Mazmur 29 ini?
Mazmur 29 ini dibuka dengan sebuah seruan yang ditujukan kepada penghuni sorgawi, “Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan!”. Pengertian istilah “penghuni sorgawi” di sini dapat merujuk kepada “makhluk-makhluk surgawi” sebagaimana yang diindikasikan dalam Alkitab Terjemahan Baru dan diartikan dalam Alkitab versi Bahasa Indonesia Sehari-hari maupun Alkitab Yang Terbuka (AYT), tetapi pengertian dasarnya adalah anak-anak Allah. Sebab dalam bahasa Ibrani digunakan dua istilah, yaitu “ben” yang berarti anak, dan “Yehovah”. Namun bila kita memperhatikan kitab Ulangan 14:1 dan Mazmur 82:6, nampaknya istilah “anak Allah” ini dapat pula merujuk kepada bangsa Israel. Dengan kata lain, Pemazmur sedang mengajak seluruh bangsa Israel untuk sujud menyembah kepada Allah.
Ada tiga hal yang disebutkan Pemazmur terkait dengan menyembah Allah di sini, yaitu: kemuliaan, kekuatan dan kekudusan. Dalam kedua ayat pertama dari Mazmur ini, Pemazmur menyebut kemuliaan sebanyak dua kali. Di dalam ayatnya yang pertama Pemazmur mengingatkan bahwa kemuliaan itu hanya bagi Allah saja. “kepada TUHAN sajalah kemuliaan”. Tidak jarang kita tergoda untuk mendapatkan kemuliaan dalam hidup ini. Namun Pemazmur mengingatkan bahwa kemuliaan itu hanya boleh dipersembahkan kepada Allah. Kita sebagai manusia tidak berhak untuk menikmati kemuliaan tersebut.
Selain itu Pemazmur mengajak umat Allah untuk menyembah Allah dengan berhiaskan kekudusan. Seringkali kita terlalu menekankan kebaikan hati Allah serta kedekatan dengan Allah di dalam ibadah penyembahan, sampai menjadi lupa bahwa Allah itu kudus adanya dan harus disembah di dalam kekudusan-Nya. Akibatnya, tidak ada kegentaran sedikitpun dalam beribadah kepada Allah. Bahkan tatkala memohon pengampunan-Nya, kita terlalu berani memohon seakan kita memang berhak untuk memperoleh pengampunan tersebut. Karena itu kita memohon dengan tanpa gentar, lupa bahwa dosa yang telah kita lakukan seharusnya membuat kita menghadap Tuhan dengan gentar.
Refleksi
Pada waktu kita mengingat kemuliaan Allah, apakah kita menjadi gentar karenanya? Sejauh mana kemuliaan Allah itu membuat kita gentar untuk melakukan dosa? Seberapa gentarkah kita pada waktu mengaku dosa di hadapan Allah?
Tekad
Doa: Bapa surgawi, ampuni saya bila memandang rendah kemuliaan-Mu sehingga saya datang menghadap Engkau tanpa sikap yang gentar. Amin.
Tindakan
Dalam setiap ibadah, saya akan lebih menghayati sikap menundukkan kepala sebagai wujud kegentaran hati saya akan kemuliaan Allah.