Lukas 14:28-33
MENGIKUT YESUS, BUKAN SPONTANITAS
Bagian ini masih merupakan satu kesatuan dengan bacaan sebelumnya, yang berfokus pada pentingnya totalitas dalam mengikut Dia. Yang dikehendaki bukanlah menjadi pengikut yang sekadar “berduyun-duyun” atau meramaikan suasana. Tapi menjadi murid yang memberi diri secara total.
- Apa inti ilustrasi yang Yesus sampaikan di ayat 28-30?
- Pernahkah anda melihat atau mengalami keadaan seperti ilustrasi tersebut?
- Raja yang seperti apakah yang digambarkan di ayat 31-32?
RENUNGAN
Spontan dipahami sebagai respons otomatis manusia terhadap lingkungannya. Disebut otomatis sebab apa yang keluar mengalir begitu saja tanpa direncanakan. Baik perkataan maupun perbuatannya tanpa direncanakan. Spontan bersifat netral. Persoalan yang seperti apa akan menentukan penilaian atas sikap spontan tersebut. Untuk hal-hal yang membutuhkan perencanaan secara detail, spontan tidaklah tepat. Sebab, apa yang direncanakan tidak akan pernah tercapai secara maksimal. Hasilnya cenderung mengecewakan. Misalnya, sauadara bisa bayangkan apa jadinya bila seorang konraktor membangun gedung hanya berdasarkan perhitungan yang spontan. Tanpa perencanaan yang akurat. Sebaliknya, dalam konteks suasana kerja yang menjenuhkan. Ide-ide segar yang bersifat spontan sangat dibutuhkan dengan tujuan mendorong semangat dan kreativitas kerja. Jadi spontan diperlukan asal tepat waktu dan keperluannya. Bagaimana dengan keputusan mengikut Yesus, apakah bersifat spontan? Dan apakah tepat totalitas pelayanan dihubungkan dengan sikap spontan? Dari bacaan (31-32) khususnya dari dua perumpamaan Yesus, jelas spontan tidak bisa diterapkan. Ayat 28-30, orang yang mendirikan menara perlu merencanakan dengan matang biaya yang dikeluarkan, agar menara tersebut dapat selesai dengan tuntas. Ayat 31-32, seorang raja harus punya strategi supaya dapat menang perang, atau sebaliknya merencanakan perdamaian.
Lewat kedua ilustrasi ini, tergambar tujuan Yesus dalam pengajaranNya, bahwa sebelum tiba pada keputusan mengikut Yesus, seseorang harus memikirkan dulu keputusannya secara matang. Sebab mengikut Yesus menuntut harga yang mahal dan totalitas hidup. Mengikut Yesus bukan keputusan yang spontan. Mengikut Yesus adalah keputusan yang mendasar dan harus dipertanggungjawabkan dengan sikap hidup yang menjadi berkat, baik secara pribadi maupun relasi di pelayanan. Spontan adalah sikap yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sikap spontan sama halnya dengan motivasi melayani karena ingin mencari kesibukan, takut sendiri, merasa punya potensi, mencari ketenaran, merasa dibutuhkan, merasa berpengalaman, dan ingin berkuasa.
Yesus dengan tegas mengatakan, “demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu” (31). Sikap yang Yesus kehendaki adalah adanya kesadaran dan kemauan yang kuat untuk memberi diri sebagai muridNya. Memberi diri secara total dan melepaskan dari segala ikatan duniawi yang menghalangi, bukanlah sikap didasarkan pada spontanitas.
Mengikut Yesus adalah keputusan yang sadar, bukan spontanitas