2 Petrus 1:16-21
KEWIBAWAAN SEORANG SAKSI
PENGANTAR
Kemajuan teknologi memungkinkan kita membagi dan menerima berbagai informasi dengan mudah dan cepat. Namun, di tengah lalu-lalang pertukaran informasi yang cepat itu, kita justru harus lebih berhati-hati. Tidak semua berita dan informasi itu benar. Karena itu, ketika kita menerima sebuah berita atau informasi, apalagi jika hendak meneruskannya kepada orang lain, kita perlu terlebih dahulu memastikan bahwa berita dan informasi itu memang berasal dari sumber yang dapat dipercaya.
Sejak awal, pemberitaan Injil dilakukan oleh para saksi yang dapat dipercaya, yaitu para rasul. Mereka adalah orang-orang yang dipilih dan dipanggil oleh Yesus sendiri dan mempunyai pengalaman pribadi dengan Yesus. Berita Injil disampaikan dengan penuh kuasa oleh para saksi yang berwibawa.
PEMAHAMAN
Ay.16. Apa isi Injil yang diberitakan oleh Petrus? Apa hubungannya dengan posisi Petrus sebagai saksi mata?
Ay. 17-19a Pengalaman apa yang Petrus maksudkan di sini? (lihat Mat. 17:1-5). Apa dampak dari pengalaman tersebut terhadap pemberitaan Injil yang dilakukan Petrus?
Di zaman itu banyak kisah yang disusun sedemikian rupa sehingga menarik bagi banyak orang, namun isinya tidak benar. Kisah-kisah semacam inilah yang oleh Petrus disebut “dongeng-dongeng isapan jempol” (ay. 16a). Petrus tidak memberitakan kisah-kisah semacam itu. Petrus memberitakan Injil, yaitu kuasa Tuhan Yesus Kristus dan kedatangan-Nya sebagai raja. Isi pemberitaan Petrus didukung oleh posisinya sebagai saksi mata. Artinya, apa yang diberitakan Petrus adalah fakta-fakta yang telah dilihat dan dialaminya sendiri.
Petrus menceritakan salah satu pengalamannya ketika ia diajak Yesus naik ke sebuah gunung (Mat. 17:1-5). Di sana Petrus menyaksikan bagaimana Allah Bapa mempermuliakan Yesus, baik melalui perubahan wujud Yesus maupun melalui suara yang datang dari sorga. Tentu saja, pengalaman ini membuat Petrus semakin mengenal Yesus. Kemuliaan Yesus membekas kuat di dalam diri Petrus. Keyakinan Petrus akan firman Allah yang diberitakannya pun semakin teguh (ay. 19a).Karena itulah Petrus memberitakan Injil dengan penuh kewibawaan.
Jika seseorang kaya akan pengalaman bersama Kristus, maka ia akan menjadi seorang pemberita Injil yang penuh semangat. Sebaliknya, jika seseorang tidak mempunyai pengalaman pribadi bersama Tuhan, dia akan merasa “malas” memberitakan Injil.
REFLEKSI
Renungkanlah: hal apa sajakah yang hingga kini masih sering merusak kewibawaan Anda sebagai saksi Kristus? Apa yang telah Anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut?
TEKADKU
Tuhan, tolonglah aku agar mampu melihat kehadiran-Mu dalam hidupku setiap hari sehingga aku semakin banyak memiliki pengalaman pribadi dengan-Mu.
TINDAKANKU
Aku akan menemui seorang sahabat sepersekutuan atau sepelayanan untuk saling berbagi pengalaman kami bersama Tuhan.