Roma 7:7-13
Gereja Lumpuh Bersaksi Karena Hidup Dalam Ketaatan Yang Legalistik
Pengantar
Pernahkah kita berusaha menghindari sebuah ketentuan atau peraturan karena berpandangan bahwa peraturan memang dibuat untuk dilanggar. Apakah ada di antara kita yang memakai helm ketika bersepeda motor lebih karena takut ditilang polisi lalu lintas daripada demi keselamatan diri? Bersepeda motor melawan arah karena sedang buru-buru? Apakah kita lebih merasa terpaksa taat pada sebuah peraturan karena takut dihukum daripada kesadaran akan manfaat peraturan itu? Apakah kita beribadah ke gereja setiap hari Minggu lebih karena menganggapnya sebagai sebuah keharusan dan kepantasan daripada kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan dan sesama? Bagaimana pula dengan alasan kita bersaat teduh? Karena terpaksa atau karena kuatir tidak diberkati Tuhan? Adakah suka cita yang kita rasakan ketika kita menaati sebuah perintah ataukah kita merasakannya sekedar sebagai sebuah keterpaksaan yang sekiranya mungkin akan kita hindari atau jika perlu kita langgar?
Pemahaman
- Ayat 7: Menurut Saudara apakah peraturan seperti Hukum Taurat itu
pada hakikatnya tidak baik? Lalu apa gunanya?
pada hakikatnya tidak baik? Lalu apa gunanya?
- Ayat 8-11: Apakah yang dimaksud dengan istilah “dosa mendapat
kesempatan” dan “dosa mulai hidup” dalam ayat-ayat ini?
kesempatan” dan “dosa mulai hidup” dalam ayat-ayat ini?
- Ayat 12-13: Lalu apa pula maksudnya “dosa mempergunakan yang baik untuk
mendatangkan kematian bagiku”?
mendatangkan kematian bagiku”?
CS Lewis pernah mengatakan “Tidak ada seorangpun yang tahu betapa buruk perilakunya sebelum ia berusaha keras untuk menjadi baik”. Itulah yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus dalam ayat 7: “……, justru oleh hukum Taurat (yang kudus, benar, dan baik sebagaimana tertulis dalam ayat 12) aku telah mengenal dosa”. Dalam rangka mematuhi hukum itulah seseorang dapat terjebak dalam legalitas dan formalitas. Rasul Paulus, dalam hal ini berbicara berdasarkan pengalaman pribadinya yang pernah menjadi seorang ahli agama yang legalistik. Orang seperti Paulus sebelum bertobat akan senantiasa berusaha mematuhi hukum dengan upaya pribadi, disiplin diri yang berlebihan dan tak jarang menghalalkan segala cara demi dilihat orang lain, bahwa ia berhasil mencapai standar yang ditetapkan. Orang seperti ini akan cenderung mudah menghakimi orang lain yang tidak bisa seperti dirinya dalam mematuhi hukum atau aturan yang ditetapkan. Gereja yang legalistik akan lumpuh dalam bersaksi karena cenderung memegahkan upaya dan kekuatan pribadi bukan kemurahan dan kebesaran Tuhan.
Refleksi
Apakah selama ini aku lebih cenderung legalistik dalam memenuhi semua yang diajarkan kepadaku di gereja? Apakah selama ini ketaatanku lebih bersifat formalistik ketimbang ketaatan yang muncul dari relasiku dengan Tuhan yang begitu mengasihiku?
Tekad
Aku ingin bersaksi bahwa Tuhanku tidak pernah membebaniku dengan berbagai hukum dan perintah yang tak mungkin kupenuhi dengan kekuatanku sendiri. Ia mengatakan: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu…” (Matius 11:28-29)
Tindakan
Mulai hari ini dalam bersikap perilaku dan bertindak sesuai dengan FirmanNya aku akan terlebih dahulu meminta kekuatan dariNya yang memampukan aku.
=====================================================================================