Hidup Damai dalam Kemakmuran
Mazmur 72:15-19
Pengantar
Setelah kemarin merenungkan tentang menghidupi misypat Allah, maka hari ini kita akan merenungkan bagaimana hal itu memberikan dampak terhadap kehidupan keseharian sang raja.
Pemahaman
Ay. 15-17 : Sebagai raja yang menghidupi hukum Allah, kemakmuran seperti apakah yang dinikmatinya?
Amsal 29:14 mengatakan, “Raja yang menghakimi orang lemah dengan adil, takhtanya tetap kokoh untuk selama-lamanya.” Kekokohan tahta ratu adil dalam Mazmur 72 ini sejalan dengan apa yang dinyatakan dalam kitab Amsal tersebut. Gambaran tentang kekokohan tahta raja yang menghidupi misypat Allah dipaparkan dalam bentuk iadiberkati baik oleh Tuhan yang mengaruniakan hasil bumi yang berlimpah (bnd. Ula. 28:1-14). Berkat secara materi yang disebutkan bukan hanya merujuk pada pengertian kuantitas, berlimpah secara jumlah, tetapi juga secara kualitas. Salah satu contohnya adalah penyebutan emas Syeba. Daerah Syeba adalah daerah yang terkenal dengan pertambangannya termasuk berbagai batu mulia semacam intan dan permata. Contoh lain adalah gandum yang berlimpah. Kelimpahan pangan dapat memberikan gambaran tentang kesejahteraan bersama. Berkat-berkat semacam ini akan mengiring langkah perjalanan mereka yang memimpin dengan menghidupi Taurat Tuhan.
Selain berkat materi, ada juga berkat non materi yang disebutkan dalam ayat 17, “Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namanya, dan menyebut dia berbahagia”. Dalam tradisi pada waktu itu, penyebutan nama orang dalam mengucapkan berkat merupakan tindakan yang lazim. Bila dibandingkan dengan ungkapan masa kini, kurang lebihnya akan berbunyi demikian, “Kiranya kamu dapat menjadi sukses seperti……(sambil menyebutkan nama seseorang yang mereka kenal sebagai orang sukses). Untuk memahami hal ini kita juga dapat mengacu pada berkat yang Allah berikan kepada Abraham di dalam kitab Kejadian 12:1-3.
Refleksi
Seringkali kita berdoa memohon berkat Allah tanpa menyadari bahwa Allah bekerja pada hati yang siap untuk menghidupi misypat Allah. Karena itulah kemudian kita tetap menjadi pribadi yang egois setelah berdoa, sebab kita hanya siap memohon berkat tanpa siap menghidupi misypat Allah.
Tekad
Doa: Ya Tuhan yang maha adil dan benar, kiranya Engkau senantiasa menuntun hamba-Mu untuk mengerti kehendak-Mu serta hidup di dalamnya. Amin.
Tindakan
Belajar hidup bukan sekadar mengetahui pengajaran keagamaan, tetapi juga belajar menghidupi misypat secara proporsional.