I Tesalonika 5:1-24
Sikap Positif dalam Penantian
Sejak meninggalkan Tesalonika, Paulus sangat ingin tahu bagaimana perkembangan jemaat di Tesalonika. Setelah mendengar kabar dari Timotius (3:6), Paulus mengungkapkan rasa syukurnya dengan mengirim surat yang bertujuan untuk menguatkan jemaat Tesalonika agar tetap bertahan dalam iman dan tetap mempunyai pengharapan kepada Kristus dengan penuh keyakinan.
Pertanyaan Penuntun Pemahaman Alkitab:
- Hal-hal apakah yang Paulus ingatkan kepada jemaat Tesalonika sebagai wujud pengharapan mereka akan kedatangan Kristus? (ay. 16-22)
- Keyakinan seperti apakah yang Paulus ingatkan akan ‘peran’ Tuhan dalam kehidupan orang percaya yang mau berharap padaNya? (ay. 23a)
- Apa dasar keyakinan bahwa pengharapan Kristiani tidak mengecewakan? (ay. 24)
RENUNGAN
Salah satu kebenaran penting yang sangat dihayati oleh jemaat Kristen perdana adalah keyakinan bahwa mereka akan bertemu dengan Yesus di hari akhir tanpa melalui kematian. Pada masa itu kedatangan Kristus dimaknai akan segera terjadi atau sangat dekat. Itu sebabnya, mereka kemudian mempertanyakan jemaat Kristen yang telah meninggal lebih dulu. Apakah mereka mempunyai pengharapan di dalam iman kepada Yesus? (4:13). Apakah yang telah meninggal dapat memperoleh kebangkitan bersama Kristus? Keresahan jemaat didengar oleh Paulus di tengah kabar sukacita yang disampaikan Timotius mengenai jemaat di Tesalonika (pasal 3). Hal-hal inilah yang kemudian mendasari Paulus dalam memberikan peneguhan melalui nasihat dan pengajarannya kepada jemaat di Tesalonika
Pertama, Paulus mengoreksi penghayatan jemaat bahwa Yesus akan segera datang dengan kepastian waktu seperti yang mereka pahami. Dengan tegas dan jelas Paulus menyampaikan bahwa “tentang masa dan waktunya, saudara-sudara tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri tahu benar-benar bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam,” (5:2). Kedua, pengaharapan bertemu di dalam kebangkitan berlaku bagi keduanya, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Keduanya akan “menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan,” (4:17).
Ketiga, tetap berjaga sebab hari Tuhan datang seperti pencuri pada waktu malam. Makna ini bukan bersifat pasif seperti seseorang yang sedang jenuh, tidak sabar atau hilang harapan dalam sebuah penantian. Justru keyakinan bahwa pengharapan itu bersifat pasti harus diwujukan melalui sikap hidup yang tetap optimis. Paulus menasehatkan supaya jemaat di Tesalonika mewujudkan penantian tersebut dengan cara membangun sikap etis yang berkenan di hadapan Allah. Mereka musti menjalani panggilan hidup sebagai anak-anak terang yang bersedia untuk menegur, menghibur, mendamaikan, bersukacita, berdoa, bersyukur, tidak memadamkan roh, menghargai nubuat, menguji segala sesuatu serta menjauhkan diri dari kejahatan.
Panggilan yang sama berlaku pula bagi jemaat Kristen yang hidup pada masa sekarang. Tidak seorangpun yang tahu kapan hari Tuhan akan datang. Yang pasti kita tahu adalah pengharapan kita di dalam Tuhan tidak sia-sia. Kepastian harapan itulah yang melandasi sikap positif kristiani dalam menjalani kehidupan. Tidak kendur dalam penantian dan tetap kreatif bersaksi bagi kehidupan.
Kepastian pengharapan menjadi dasar munculnya sikap positif yang kristiani bagi kehidupan