1 Petrus 2:19-25
MENGIKUTI JEJAK SANG GEMBALA
PENGANTAR
Banyak di antara anggota jemaat mula-mula adalah para budak. Dengan realita seperti itu, sangat menarik jika kita bertanya: Bagaimanakah nilai-nilai kekristenan diterapkan dalam situasi yang mereka hadapi? Petrus memberikan nasihat yang lugas kepada mereka: “… tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu” (ay. 18). Tentu ini bukan nasihat yang mudah dilakukan. Apalagi, Petrus menambahkan, “bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis.”
Seperti para budak dalam jemaat mula-mula, kita juga sering berhadapan situasi yang sulit: mengalami ketidakadilan dan menanggung penderitaan karena menghadapi orang-orang jahat yang memiliki kekuasaan yang besar atas diri kita.
PEMAHAMAN
- Ay. 19-20. Ada dua macam penderitaan yang diuraikan di sini. Apa perbedaan di antara keduanya? Penderitaan manakah yang dapat dipahami sebagai kehendak Allah?
- Ay. 21-23. Apa hubungan antara penderitaan yang kita hadapi dengan penderitaan Kristus?
- Ay. 24-25. Apa peranan Kristus dalam penderitaan yang dihadapi oleh umat-Nya?
Di ayat 19-20 disebutkan dua jenis penderitaan yang berbeda karena sebab yang berbeda. Jenis pertama adalah ”penderitaan yang tidak harus ia tanggung” (ay. 19b). Artinya, penderitaan itu terjadi karena kesalahan atau kejahatan orang lain (misalnya, ay. 18, karena seorang tuan yang bengis). Dalam hal inilah kita diajak melihat penderitaan itu sebagai ”kehendak Allah”. Kita juga diajak melihat penderitaan semacam itu sebagai ”kasih karunia” bagi kita. Dengan demikian, di tengah ketidakberdayaan kita, kita mampu menjalaninya dengan bersandar kepada kasih karunia Allah. Jenis penderitaan kedua adalah penderitaan karena dosa yang kita lakukan (ay. 20). Penderitaan ini disebut sebagai ”pukulan” atau hukuman atas dosa yang kita perbuat. Penderitaan semacam ini tidak layak mendapat pujian, apalagi disebut sebagai kasih karunia.
Penderitaan yang kita alami, khususnya penderitaan jenis pertama, sangat erat hubungannya dengan penderitaan Kristus. Kristus juga mengalami penderitaan karena menanggung dosa dan kejahatan orang lain (termasuk kita), bukan karena dosa-Nya sendiri (ay. 22). Kristus telah menanggung penderitaan itu dengan penuh kesabaran (ay. 23). Sikap Kristus itu menjadi teladan wajib bagi kita, murid-murid-Nya.
Selain meninggalkan teladan, penderitaan Kristus juga berperan langsung dalam kehidupan umat-Nya yang harus menghadapi penderitaan. Penderitaan Kristus di kayu salib memampukan kita untuk hidup benar (ay. 24, ”hidup untuk kebenaran”). Penderitaan Kristus juga memberikan ”kesembuhan” bagi kita. Kesembuhan di sini bukanlah kesembuhan jasmani, melain pulihnya hubungan kita dengan Allah. Dengan demikian, kita memiliki akses untuk mendapatkan kasih karunia-Nya. Lebih dari itu, Kristus sendiri menyediakan diri-Nya menjadi Gembala kita.
REFLEKSI
Kesabaran, khususnya ketika menderita karena ketidakadilan, adalah wujud ketaatan kita kepada kehendak Allah dan kesetiaan kita mengikuti teladan Yesus Kristus.
TEKADKU
Tuhan, aku bersyukur bahwa Engkau bersabar menanggung penderitaan karena dosa-dosaku. Berikanlah aku kesabaran untuk menanggung penderitaan demi kemuliaan nama-Mu.
TINDAKANKU
Dalam seminggu ini aku akan berdoa memohon berkat Tuhan bagi orang yang pernah berbuat tidak adil kepadaku dan yang telah membuat aku menderita.